Keluarga Disekap dalam Rumah, Warga Denpasar Tak Ditanggapi saat Lapor Polisi

 Keluarga Disekap dalam Rumah, Warga Denpasar Tak Ditanggapi saat Lapor Polisi

Warga Denpasar, Bali melaporkan penyekapan keluarganya di rumah ke Polda Bali, Jumat (2/2/2020). (iNews.id/Dewi Umaryati)

Netizen Indonesia – Seorang warga Denpasar bernama Hendra mendatangi Mapolda Bali. Dia berencana melaporkan penyekapan orang tua dan anak laki-lakinya di dalam rumah Jalan Batas Dukuh Sari Gang Merak, Sesetan, Denpasar.

Akses pintu masuk rumahnya ditutup menggunakan papan pengumuman serta pintu pagarnya dipasang rantai besi.

“Saya sedang di luar ditelepon keluarga kalau ada sekitar 8 orang yang datang untuk pasang papan pengumuman,” kata Hendra, Jumat (2/2/2020).

Akibat penutupan itu, Hendra dan istri serta anaknya yang berada di luar rumah tak bisa masuk. Begitu pula sebaliknya, orang tua dan anaknya yang berada di dalam tidak bisa keluar.

Akses pintu rumah Hendra dipasang papan permanen lengkap dengan tulisan dugaan penyerobotan tanah.

Menurut Hendra, orang yang menyekap keluarganya ini sebelumnya telah melayangkan surat pemberitahuan akan memasang papan pengumuman.

“Awalnya semua keluarga saya mau disekap nggak boleh keluar. Setelah memaksa, akhirnya istri dan anak kedua saya boleh keluar tapi sudah nggak bisa masuk lagi,” katanya.

Kasus Hendra ini merupakan buntut dari tuduhan oknum TNI berinisial MH yang mengaku telah memiliki tanah serta rumah yang saat ini ditempati Hendra dan keluarga.

Sementara Hendra mengaku transaksi sewa menyewa dilakukan sejak tahun 2014 dengan pemilik tanah yang diketahui bernama Ketut Gede Pujiama.

“Saya sudah kontrak tanah itu dengan Pak Pujiama sampai 2047. Sementara Pak Muhaji (MH) mengaku membeli tanah itu dari Pak Pujiama baru tahun 2020,” katanya.

Sayangnya, saat Hendra melapor ke Polda Bali justru seolah dipingpong dan ditolak petugas, dengan alasan tidak ada tim buser yang turun ke lapangan membuka segel papan pengumuman.

“Saya tadi lapor ke Reskrimum, katanya disuruh lapor ke Polsek Denpasar Selatan karena di polda nggak ada buser yang turun,” katanya.

Hendra mengungkapkan, dirinya melapor ke polisi karena mengkhawatirkan kondisi orang tua serta anaknya yang tertekan hingga trauma melihat aksi premanisme ini.

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *