Sawer Nite Menuju “Bali Yang Binal #9”

 Sawer Nite Menuju “Bali Yang Binal #9”

MURAL-Beberapa karya seniman Komunitas Pojok dengan media tembok pinggir jalan.

DENPASAR,NETIZENINDONESIA-Bali Yang Binal, acara dua tahunan yang digelar Komunitas Pojok kembali digelar tahun ini. Bali Yang Binal merupakan sebuah respon pelaksanaan Bali Biennalle medio 2005 yang dirasa sarat nepotisme. Bali Biennalle yang menjadi sasaran kritik itu sendiri akhirnya hanya berumur setahun saja. Sedangkan Bali Yang Binal yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali bisa terus bertransformasi hingga kini memasuki edisi ke-9.

Seiring waktu, media berkarya yang digunakan pun mengalami perubahan, dari pameran konvensional kini mengambil mural sebagai media yang dianggap efektif dan mampu mengembalikan seni pada penikmatnya yaitu masyarakat. Setiap kali diadakan, Bali Yang Binal selalu mengusung tema berbeda, menyesuaikan kondisi riil. Tema “Normal is Boring” diangkat untuk merespon ketidaksiapan manusia menghadapi pandemi yang menghantam dunia secara tiba-tiba. “Sebelum pandemi hampir semua orang ingin menjadi berbeda dengan caranya masing-masing, tidak ada yang ingin sama atau disamakan. Namun ketika pandemi, semua orang untuk kembali menjadi normal,” kata anggota Komunitas Pojok, Dewa Ketha.

Sebagai nilai baru, kata Dewa Ketha, kondisi ini tentu menghadirkan polemik. Ada kelompok yang berjuang kembali ke pola lama, ada pula yang berjuang menjalani pola baru. Dalam hal ini menjadi kontekstual karena tidak mengikuti pola lama namun tidak pula mengamini pola baru. “Dalam pemakaian masker misalnya, menjadi kontekstual adalah menggunakan masker pada saat yang tepat, dan tidak menggunakannya pada saat yang tepat. Bukan berarti oportunis, tapi lebih menggunakan common sense,” katanya. Setiap gelaran Bali Yang Binal, Komunitas Pojok mengawalinya dengan SawerNite. Sebuah kegiatan penggalangan dana secara swadaya melalui penjualan karya seniman. SawerNite kali ini akan ada pemutaran film dan diskusi serta ditutup dengan Lelang Karya.

“Kegiatan dimulai Minggu, 2 sampai 8 Mei 2021 di Jl. Sedap Malam, Kesiman, Denpasar. Beberapa waktu setelah SawerNite, kami akan mengadakan mural jamming, sebagai pemanasan sebelum menginjak acara utama,” sambung anggota Komunitas Pojok lainnya, Wahyu. Ditengah kondisi pandemi ini, Komunitas Pojok berupaya membuat kegiatan seminimal mungkin agar tidak membuat kerumunan. “Kami memilih konsep Art Camp di Banjar Sampalan, Desa Batununggul, Nusa Penida 10-16 Juni 2021,” ungkap Wahyu.

Disini para seniman partisipan yang jumlahnya dibatasi akan tinggal di tenda tinggal di alam terbuka, untuk selanjutnya mengerjakan mural-mural yang tersebar di beberapa titik. Untuk media tembok yang akan dimural berjarak antar 1 spot mural ke spot lainnya. Anggota Komunitas Pojok yang akan mengisi gelaran ini Wild Drawing, Slinat, Trinity, [WAR], dan Mr. X. Seniman partisipan yang diundang MSCT, Mutaseight, PWRK, Tison, Medialegal, Zent Prozent, Midaskid dan Kuncir SV.  Selain itu, selama kegiatan akan diisi diskusi, workshop dan lapakan dari komunitas berjejaring dengan Komunitas Pojok. “Segala kebutuhan selama acara semaksimal mungkin melibatkan warga lokal seperti keperluan transportasi dan konsumsi,” imbuh Wahyu.(ais)

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *